Pondok pesantren memiliki tradisi yang mungkin tidak bisa ditemukan di
tempat lainya, di antaranya adalah, sowan kyai, ngerowot, jajan,
setoran,sorogan dan makan bareng.
Tradisi makan bareng di pondok
pesantren memiliki nama yang berbeda tergantung daerah mana pondok itu
berasal. Didunia pondok pesantren khususnya pondok
salaf, mayoran adalah tradisi makan bersama yang biasa digelar pada
hari-hari libur, misalnya malam jum'at atau ketika penutupan kegiatan
pondok pesantren saat ujian semester telah berakhir.
Terlihat sederhana tapi bermakna |
1. Melepas kepenatan Dalam keseharianya para
santri selalu memiliki aktifitas yang padat sehingga dituntut untuk
disiplin mengatur waktu. Nah dengan menggelar mayoran setelah acara
makan-makan selesai, santri bisa melepas kepenatan bersama
teman-temanya, tertawa, bercanda, bercerita tentang kejadian-kejadian
lucu di sekolah dan sebagainya.
2. Meningkatkan kesederhanaan ,
Mayoran yang di lakukan dengan memasak menu makan dan minum seadanya
mengajarkan santri akan pentingnya hidup dalam kesederhanaan. Makan
bareng ala pesantren tidak mengenal istilah potong tumpeng, kalaupun ada
paling-paling hanya memotong mendoan. Itulah kenapa kita tidak
pernah mendengar ada tawuran santri antar pondok pesantren.
3.
Mengajarkan betapa indah kebersamaan Mayoran merupakan pelengkap dari
kebersamaan yang ada di pondok pesantren, seperti ro'an bersama, belajar
bersama, tidur bersama dsb.
Dengan mayoran santri akan belajar untuk mencintai kerukunan dan kesederhanaan. Itulah kenapa kita tidak pernah mendengar ada tawuran santri antar pondok pesantren. Seiring perkembangan zaman, mayoran bukan lagi cuma milik komunitas santri. Namun kegiatan semacam ini diyakini berasal dari pondok pesantren, dengan bukti bahwa golongan pesantren, adalah golongan yang paling sering menggelar acara tersebut.
A.ajha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar