Rabu, 10 Juni 2020

Penerimaan Santri Baru 1441/1442 Hijriyah


Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran

“Pondok Pesantren salafiyah yang mencetak kader-kader pemimpin islam yang berasaskan Ahlus Sunah Wal Jamaah Nahdhotul Ulama' dan menjauhkan dari faham-faham radikalisme yang berbasis salaf dan mengadopsi model pembelajaran Pon-Pes Lirboyo Kediri”

Syarat-syarat Pendaftaran
~ Sowan kepada Pengasuh (Kiyai)
~ Mengisi Formulir pendaftaran yang telah disediakan
~ Menyerahkan FC KK dan Akta Kelahiran satu lembar
~ Menyerahkan FC KIP satu lembar (bagi yang memiliki)
~ Memiliki kitab suci Al-Qur’an dan Juz Amma
~ Bagi calon santri yang ingin menempuh pendidikan formal, wajib sekolah di Yayasan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran (SMP/SMK Al Alawi Purwodadi)

Pendaftaran Online
https://bit.ly/psbpphmg

Contac Person :
0895 3251 03800 (Nurochim)
0838 6575 0464 (Mukhtarom)
0823 4189 3975 (Maulana)
0821 3386 0164 (Ulil Absor) 

Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran
Jln. Raya Danyang-Genuksuran KM. 03 Dsn. Tumenggungan 008/003 Ds. Genuksuran Kec. Purwodadi Kab. Grobogan Prov. Jawa Tengah

Sabtu, 15 Juni 2019

Bantu Kebakaran Pon Pes Hidayatul Mubtadiin

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Pada hari rabu tanggal 12 Juni 2019 lalu terjadi kebakaran yang berpusat di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran. Kebakaran yang terjadi sekitar jam 13.00 WIB ini, disebabkan oleh korsleting listrik yang berasal dari atas plafond kamar. Walaupun tidak merenggut korban jiwa, namun kerugian ditaksir sampai ratusan juta rupiah. Peristiwa kebakaran ini menyebabkan 47 santri kehilangan tempat tinggal dan peralatan pribadinya. Insiden ini juga menyebabkan rusaknya 4 kamar, ratusan kitab santri, ratusan pakaian santri, dan peralatan lainnya yang tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Dalam rangka mengoptimalkan kembali kegiatan belajar santri. Maka kami selaku pengurus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran mengajukan Permohonan Bantuan Keuangan Kebakaran Asrama Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin. Mengingat kondisi korban akibat bencana kebakaran ini sangat memprihatinkan.
Mari kita MenJariyahkan sebagian harta kita untuk meringankan beban santri yang terdampak peristiwa kebakaran.

Transfer Melalui Bank BRI , Rek. 0076-01-001714-53-0 An. YPP Hidayatul Mubtadiin Genuksuran.


Mohon bagi yang sudah berdonasi, Untuk Konfirmasi ke 082133860164.

Jazakumullahu khairan, wa barakallahu fiikum
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Kamis, 03 Agustus 2017

Pogram Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi


PROGRAM PENDIDIKAN





"Pada dasarnya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi, adalah
Pondok Pesantren salafiyah yang ingin mencetak kader-kader pemimpin islam yang berasaskan Ahlus Sunah Wal Jamaah Nahdhotul Ulama' dan menjauhkan dari faham-faham radikalisme"

A. Pendidikan Formal
       1.
SMP Islam Terpadu Al Alawi Purwodadi
       2.
SMK Islam Terpadu Al Alawi Purwodadi

Gedung SMP & SMK IT Al Alawi Purwodadi

Gedung SMP & SMK IT Al Alawi Purwodadi

B. Pendidikan Non Formal

      1.
Madrasah Ibtidaiyah (Madrasah Diniyah Awaliyah)




A. Target

  • Hafal Al-Qur’an Juz 30
    Hafal Nadhom Imrity
    Hafal Nadhom Qowa'idus Shorfiyah 1
    Hafal Nadhom Qowa'idus Shorfiyah 2
    Hafal Nadhom Durotul Yatimah
  • Hafal Hadits Arba’in Nawawi
  • Memahami dan menguasai Ilmu Syar’iyyah dasar yang terpenting, diantaranya: Tauhid, Fiqih, dan Hadits
  • Memahami dan menguasai Bahasa Arab tingkat dasar
  • Mengerti beberapa ilmu pengetahuan umum
  • Menguasai doa dan praktek ibadah dengan benar
B. Ijazah

Mendapatkan ijazah khusus pesantren.


2.
Madrasah Tsanawiyah (Madrasah Diniyah Wustho)




A.
Target


  • Hafalan Nadhom Alfiyah (1000 Nadhom)
  • Memahami dan menguasai pelajaran Ilmu Syar’iyyah tingkat menengah yang meliputi: Aqidah, Tafsir, Hadits, Fiqih, dll
  • Memahami dan menguasai Bahasa Arab tingkat menengah
  • Menguasai doa dan praktek ibadah dengan benar
  • Mengerti beberapa mata pelajaran umum penunjang seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan IPS
B.
Ijazah


Mendapatkan ijazah khusus pesantren, yang bisa di pergunakan untuk mendaftar di Universitas.


3.
Madrasah Aliyah (Madrasah Diniyah Ulya)




A.
Target


  • Hafalan Nadhom Jawahirul Maknun
  • Hafal hadits-hadits ahkam dan umum
  • Memahami dan menguasai pelajaran Ilmu Syar’iyyah tingkat menengah atas yang meliputi : Aqidah, Tafsir, Hadits, Fiqih, dll
  • Memahami dan menguasai bahasa arab tingkat menengah atas
  • Menguasai doa dan praktek ibadah secara benar dan lebih sempurna dengan dalil-dalilnya.
  • Menguasai ilmu-ilmu alat seperti Nahwu, Sharaf, Usul Fiqih dasar, Musthalah hadits, dll.
B.
Ijazah


Mendapatkan ijazah khusus pesantren, yang bisa di pergunakan untuk mendaftar di Universitas.

FASILITAS
  • 1 Masjid Al- Musawa
  • Ruang Belajar (Kelas)
  • Asrama & Kamar Mandi Santr.
  • Perpustakaan
  • Laboratorium Komputer
  • Perkantoran
  • Dapur Umum
  • Ruang Makan Santri
  • Ruang Kesehatan
  • Sarana Olah Raga
  • Dan Lain-Lain

Selasa, 01 Agustus 2017

Ulama' Penerus Para Nabi

Ulama' Penerus Para Nabi

Abah Yai Habib Ahmad Wan fadlil sahli foto bersama dengan Habib Umar Muthohar dari Semarang



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu), Para ulama semakin langka, dan semakin banyaknya orang bodoh yang berambisi untuk menjadi ulama. Simak risalah ini selanjutnya.
Di samping sebagai perantara antara diri-Nya dengan hamba-hamba-Nya, dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjadikan para ulama sebagai pewaris perbendaharaan ilmu agama. Sehingga, ilmu syariat terus terpelihara kemurniannya sebagaimana awalnya. Oleh karena itu, kematian salah seorang dari mereka mengakibatkan terbukanya fitnah besar bagi muslimin.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: Asy-Sya’bi berkata: “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua urusan.”
Di dalam Shahih Al-Hakim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr secara marfu’ (riwayatnya sampai kepada Rasulullah): “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para ulama dan diangkatnya orang jahat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 60)
Meninggalnya seorang yang alim akan menimbulkan bahaya bagi umat. Keadaan ini menunjukkan keberadaan ulama di tengah kaum muslimin akan mendatangkan rahmat dan barakah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengistilahkan mereka dalam sebuah sabdanya:

مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ

“Sebagai kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk kejahatan.”
Kita telah mengetahui bagaimana kedudukan mereka dalam kehidupan kaum muslimin dan dalam perjalanan kaum muslimin menuju Rabb mereka. Semua ini disebabkan mereka sebagai satu-satunya pewaris para nabi sedangkan para nabi tidak mewariskan sesuatu melainkan ilmu.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Ilmu merupakan warisan para nabi dan para nabi tidak mewariskan dirham dan tidak pula dinar, akan tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu. Barangsiapa yang mengambil warisan ilmu tersebut, sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak dari warisan para nabi tersebut. Dan engkau sekarang berada pada kurun (abad, red) ke-15, jika engkau termasuk dari ahli ilmu engkau telah mewarisi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ini termasuk dari keutamaan-keutamaan yang paling besar.” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 16)
Dari sini kita ketahui bahwa para ulama itu adalah orang-orang pilihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ أَوْرَثْناَ الْكِتاَبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْناَ مِنْ عِباَدِناَ

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (Fathir: 32)
Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Kemudian Kami menjadikan orang-orang yang menegakkan (mengamalkan) Al-Kitab (Al-Quran) yang agung sebagai pembenar terhadap kitab-kitab yang terdahulu yaitu orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, mereka adalah dari umat ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/577)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Ayat ini sebagai syahid (penguat) terhadap hadits yang berbunyi Al-’Ulama waratsatil anbiya (ulama adalah pewaris para nabi).” (Fathul Bari, 1/83)

Abah Yai Habib Ahmad Wan fadlil sahli foto bersama dengan KH. Marzuki Mustamar dari Malang

Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan: Maknanya adalah: “Kami telah mewariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari hamba-hamba Kami yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an). Dan Kami telah tentukan dengan cara mewariskan kitab ini kepada para ulama dari umat engkau wahai Muhammad yang telah Kami turunkan kepadamu… dan tidak ada keraguan bahwa ulama umat ini adalah para shahabat dan orang-orang setelah mereka. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan mereka atas seluruh hamba dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka sebagai umat di tengah-tengah agar mereka menjadi saksi atas sekalian manusia, mereka mendapat kemuliaan demikian karena mereka umat nabi yang terbaik dan sayyid bani Adam.” (Fathul Qadir, hal. 1418)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
 
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimahnya dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan: “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Shahih At-Targhib, 1/33/68)
Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali mengatakan: “Kebijaksanaan Allah atas makhluk-Nya dan kekuasaan-Nya yang mutlak atas mereka. Maka barang siapa yang mendapat hidayah maka itu wujud fadhilah (keutamaan) dari Allah dan bentuk rahmat-Nya. Barangsiapa yang menjadi tersesat, maka itu dengan keadilan Allah dan hikmah-Nya atas orang tersebut. Sungguh para pengikut nabi dan rasul menyeru pula sebagaimana seruan mereka. Mereka itulah para ulama dan orang-orang yang beramal shalih pada setiap zaman dan tempat, sebab mereka adalah pewaris ilmu para nabi dan orang-orang yang berpegang dengan sunnah-sunnah mereka. Sungguh Allah telah menegakkan hujjah melalui mereka atas setiap umat dan suatu kaum dan Allah merahmati dengan mereka suatu kaum dan umat. Mereka pantas mendapatkan pujian yang baik dari generasi yang datang sesudah mereka dan ucapan-ucapan yang penuh dengan kejujuran dan doa-doa yang barakah atas perjuangan dan pengorbanan mereka. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya atas mereka dan semoga mereka mendapatkan balasan yang lebih dan derajat yang tinggi.” (Al-Manhaj Al-Qawim fi At-Taassi bi Ar-Rasul Al-Karim hal. 15)
Asy-Syaikh Shalih Fauzan mengatakan: “Kita wajib memuliakan ulama muslimin karena mereka adalah pewaris para nabi, maka meremehkan mereka termasuk meremehkan kedudukan dan warisan yang mereka ambil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meremehkan ilmu yang mereka bawa. Barangsiapa terjatuh dalam perbuatan ini tentu mereka akan lebih meremehkan kaum muslimin. Ulama adalah orang yang wajib kita hormati karena kedudukan mereka di tengah-tengah umat dan tugas yang mereka emban untuk kemaslahatan Islam dan muslimin. Kalau mereka tidak mempercayai ulama, lalu kepada siapa mereka percaya. Kalau kepercayaan telah menghilang dari ulama, lalu kepada siapa kaum muslimin mengembalikan semua problem hidup mereka dan untuk menjelaskan hukum-hukum syariat, maka di saat itulah akan terjadi kebimbangan dan terjadinya huru-hara.” (Al-Ajwibah Al-Mufidah, hal. 140)

Senin, 31 Juli 2017

"MAYORAN" tradisi unik Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi



Pondok pesantren memiliki tradisi yang mungkin tidak bisa ditemukan di tempat lainya, di antaranya adalah, sowan kyai, ngerowot, jajan, setoran,sorogan dan makan bareng.
Tradisi makan bareng di pondok pesantren memiliki nama yang berbeda tergantung daerah mana pondok itu berasal. Didunia pondok pesantren khususnya pondok salaf, mayoran adalah tradisi makan bersama yang biasa digelar pada hari-hari libur, misalnya malam jum'at atau ketika penutupan kegiatan pondok pesantren saat ujian semester telah berakhir.

Hal ini juga terjadi di pondok Pesantren Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi. Dimana tradisi makan bersama ini terjadi bukan hanya dalam ruangan, tapi juga sampai di ruang terbuka. Tradisi ini memang terjadi hampir di semua pesantren. Dikutip dari laman alasantri, pada umumnya mayoran digelar oleh sekawanan santri yang tinggal di kamar/asrama yang sama. Mereka bermusyawarah untuk menentukan menu, besaran uang iuran dan tugas yang dilakukan oleh masing-masing personel. Dimulai dari belanja bahan makanan yang akan dimasak,dan tentu saja tugas memasak. 


Terlihat sederhana tapi bermakna
Makan bareng ala anak pesantren ini tidak pernah pilih-pilih soal menu makanan dan minuman, karena tujuannya hanyalah kebersamaan. Malah pada umumnya kegiatan makan bersama ini memilih menu yang sederhana, seperti sayur kangkung atau pecel terong. Kendati demikian ada juga sekawanan santri yang memilih menu sedikit istimewa, misalnya ayam, lele dan daging. Namun menu istimewa ini umumnya hanya dimasak saat tasyakuran kelulusan atau kenaikan kelas. Meskipun menu yang dimasak sangat sederhana dan kokinya adalah koki dadakan, namun santri tetap makan dengan sangat lahap sampai jarang ada makanan yang tersisa. Mereka merasakan kenikmatan hidangan bukan dari sayur atau lauknya, melainkan dari kebersamaannya. 

Hal ini menjadi semacam pesta paling mewah di pondok pesantren. Walaupun terlihat hanya sekedar ngumpul bareng untuk makan bersama, kegiatan mayoran ini memiliki banyak manfaat untuk para santri. Diantaranya: 
1. Melepas kepenatan Dalam keseharianya para santri selalu memiliki aktifitas yang padat sehingga dituntut untuk disiplin mengatur waktu. Nah dengan menggelar mayoran setelah acara makan-makan selesai, santri bisa melepas kepenatan bersama teman-temanya, tertawa, bercanda, bercerita tentang kejadian-kejadian lucu di sekolah dan sebagainya. 
2. Meningkatkan kesederhanaan , Mayoran yang di lakukan dengan memasak menu makan dan minum seadanya mengajarkan santri akan pentingnya hidup dalam kesederhanaan. Makan bareng ala pesantren tidak mengenal istilah potong tumpeng, kalaupun ada paling-paling hanya memotong mendoan. Itulah kenapa kita tidak pernah mendengar ada tawuran santri antar pondok pesantren. 
3. Mengajarkan betapa indah kebersamaan Mayoran merupakan pelengkap dari kebersamaan yang ada di pondok pesantren, seperti ro'an bersama, belajar bersama, tidur bersama dsb.

Dengan mayoran santri akan belajar untuk mencintai kerukunan dan kesederhanaan. Itulah kenapa kita tidak pernah mendengar ada tawuran santri antar pondok pesantren. Seiring perkembangan zaman, mayoran bukan lagi cuma milik komunitas santri. Namun kegiatan semacam ini diyakini berasal dari pondok pesantren, dengan bukti bahwa golongan pesantren, adalah golongan yang paling sering menggelar acara tersebut.
A.ajha