Senin, 25 September 2017
Kamis, 03 Agustus 2017
Pogram Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi
PROGRAM PENDIDIKAN
"Pada dasarnya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi, adalah
Pondok Pesantren salafiyah yang ingin mencetak kader-kader pemimpin islam yang berasaskan Ahlus Sunah Wal Jamaah Nahdhotul Ulama' dan menjauhkan dari faham-faham radikalisme"
Pondok Pesantren salafiyah yang ingin mencetak kader-kader pemimpin islam yang berasaskan Ahlus Sunah Wal Jamaah Nahdhotul Ulama' dan menjauhkan dari faham-faham radikalisme"
A. Pendidikan Formal
1. |
SMP Islam Terpadu Al Alawi Purwodadi
|
2. |
SMK Islam Terpadu Al Alawi Purwodadi
|
Gedung SMP & SMK IT Al Alawi Purwodadi |
Gedung SMP & SMK IT Al Alawi Purwodadi |
B. Pendidikan Non Formal
1. |
Madrasah Ibtidaiyah (Madrasah Diniyah Awaliyah)
|
|||||||||||||||
|
||||||||||||||||
2. | Madrasah Tsanawiyah (Madrasah Diniyah Wustho) | |||||||||||||||
|
||||||||||||||||
3. |
Madrasah Aliyah (Madrasah Diniyah Ulya)
|
|||||||||||||||
|
FASILITAS
- 1 Masjid Al- Musawa
- Ruang Belajar (Kelas)
- Asrama & Kamar Mandi Santr.
- Perpustakaan
- Laboratorium Komputer
- Perkantoran
- Dapur Umum
- Ruang Makan Santri
- Ruang Kesehatan
- Sarana Olah Raga
- Dan Lain-Lain
Selasa, 01 Agustus 2017
Ulama' Penerus Para Nabi
Ulama' Penerus Para Nabi
Abah Yai Habib Ahmad Wan fadlil sahli foto bersama dengan Habib Umar Muthohar dari Semarang |
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu), Para ulama semakin langka, dan semakin banyaknya orang bodoh yang berambisi untuk menjadi ulama. Simak risalah ini selanjutnya.
Di
samping sebagai perantara antara diri-Nya dengan hamba-hamba-Nya,
dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga
menjadikan para ulama sebagai pewaris perbendaharaan ilmu agama.
Sehingga, ilmu syariat terus terpelihara kemurniannya sebagaimana
awalnya. Oleh karena itu, kematian salah seorang dari mereka
mengakibatkan terbukanya fitnah besar bagi muslimin.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya
yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ،
وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً
اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ
عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak
menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari
kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa
tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: Asy-Sya’bi berkata: “Tidak
akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan
kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua termasuk dari terbaliknya
gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua
urusan.”
Di dalam Shahih Al-Hakim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr secara marfu’ (riwayatnya sampai kepada Rasulullah): “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para ulama dan diangkatnya orang jahat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 60)
Meninggalnya
seorang yang alim akan menimbulkan bahaya bagi umat. Keadaan ini
menunjukkan keberadaan ulama di tengah kaum muslimin akan mendatangkan
rahmat dan barakah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengistilahkan mereka dalam sebuah
sabdanya:
مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ
“Sebagai kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk kejahatan.”
Kita
telah mengetahui bagaimana kedudukan mereka dalam kehidupan kaum
muslimin dan dalam perjalanan kaum muslimin menuju Rabb mereka. Semua
ini disebabkan mereka sebagai satu-satunya pewaris para nabi sedangkan
para nabi tidak mewariskan sesuatu melainkan ilmu.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Ilmu
merupakan warisan para nabi dan para nabi tidak mewariskan dirham dan
tidak pula dinar, akan tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu.
Barangsiapa yang mengambil warisan ilmu tersebut, sungguh dia telah
mengambil bagian yang banyak dari warisan para nabi tersebut. Dan engkau
sekarang berada pada kurun (abad, red) ke-15, jika engkau termasuk dari
ahli ilmu engkau telah mewarisi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan ini termasuk dari keutamaan-keutamaan yang paling besar.” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 16)
Dari sini kita ketahui bahwa para ulama itu adalah orang-orang pilihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ أَوْرَثْناَ الْكِتاَبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْناَ مِنْ عِباَدِناَ
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (Fathir: 32)
Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Kemudian
Kami menjadikan orang-orang yang menegakkan (mengamalkan) Al-Kitab
(Al-Quran) yang agung sebagai pembenar terhadap kitab-kitab yang
terdahulu yaitu orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami,
mereka adalah dari umat ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/577)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Ayat ini sebagai syahid (penguat) terhadap hadits yang berbunyi Al-’Ulama waratsatil anbiya (ulama adalah pewaris para nabi).” (Fathul Bari, 1/83)
Abah Yai Habib Ahmad Wan fadlil sahli foto bersama dengan KH. Marzuki Mustamar dari Malang |
Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan: Maknanya adalah: “Kami
telah mewariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari
hamba-hamba Kami yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an). Dan Kami telah tentukan
dengan cara mewariskan kitab ini kepada para ulama dari umat engkau
wahai Muhammad yang telah Kami turunkan kepadamu… dan tidak ada keraguan
bahwa ulama umat ini adalah para shahabat dan orang-orang setelah
mereka. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan mereka atas
seluruh hamba dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka sebagai
umat di tengah-tengah agar mereka menjadi saksi atas sekalian manusia,
mereka mendapat kemuliaan demikian karena mereka umat nabi yang terbaik
dan sayyid bani Adam.” (Fathul Qadir, hal. 1418)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ
يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ
فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya
ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan
dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa
mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”
(Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no.
2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya
(1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimahnya dan
dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullah mengatakan: “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan
Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu
Majah no. 182, dan Shahih At-Targhib, 1/33/68)
Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali mengatakan: “Kebijaksanaan
Allah atas makhluk-Nya dan kekuasaan-Nya yang mutlak atas mereka. Maka
barang siapa yang mendapat hidayah maka itu wujud fadhilah (keutamaan)
dari Allah dan bentuk rahmat-Nya. Barangsiapa yang menjadi tersesat,
maka itu dengan keadilan Allah dan hikmah-Nya atas orang tersebut.
Sungguh para pengikut nabi dan rasul menyeru pula sebagaimana seruan
mereka. Mereka itulah para ulama dan orang-orang yang beramal shalih
pada setiap zaman dan tempat, sebab mereka adalah pewaris ilmu para nabi
dan orang-orang yang berpegang dengan sunnah-sunnah mereka. Sungguh
Allah telah menegakkan hujjah melalui mereka atas setiap umat dan suatu
kaum dan Allah merahmati dengan mereka suatu kaum dan umat. Mereka
pantas mendapatkan pujian yang baik dari generasi yang datang sesudah
mereka dan ucapan-ucapan yang penuh dengan kejujuran dan doa-doa yang
barakah atas perjuangan dan pengorbanan mereka. Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya atas mereka dan semoga mereka mendapatkan balasan yang lebih
dan derajat yang tinggi.” (Al-Manhaj Al-Qawim fi At-Taassi bi Ar-Rasul Al-Karim hal. 15)
Asy-Syaikh Shalih Fauzan mengatakan: “Kita
wajib memuliakan ulama muslimin karena mereka adalah pewaris para nabi,
maka meremehkan mereka termasuk meremehkan kedudukan dan warisan yang
mereka ambil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta
meremehkan ilmu yang mereka bawa. Barangsiapa terjatuh dalam perbuatan
ini tentu mereka akan lebih meremehkan kaum muslimin. Ulama adalah orang
yang wajib kita hormati karena kedudukan mereka di tengah-tengah umat
dan tugas yang mereka emban untuk kemaslahatan Islam dan muslimin. Kalau
mereka tidak mempercayai ulama, lalu kepada siapa mereka percaya. Kalau
kepercayaan telah menghilang dari ulama, lalu kepada siapa kaum
muslimin mengembalikan semua problem hidup mereka dan untuk menjelaskan
hukum-hukum syariat, maka di saat itulah akan terjadi kebimbangan dan
terjadinya huru-hara.” (Al-Ajwibah Al-Mufidah, hal. 140)
Senin, 31 Juli 2017
"MAYORAN" tradisi unik Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi
Pondok pesantren memiliki tradisi yang mungkin tidak bisa ditemukan di
tempat lainya, di antaranya adalah, sowan kyai, ngerowot, jajan,
setoran,sorogan dan makan bareng.
Tradisi makan bareng di pondok
pesantren memiliki nama yang berbeda tergantung daerah mana pondok itu
berasal. Didunia pondok pesantren khususnya pondok
salaf, mayoran adalah tradisi makan bersama yang biasa digelar pada
hari-hari libur, misalnya malam jum'at atau ketika penutupan kegiatan
pondok pesantren saat ujian semester telah berakhir.
Terlihat sederhana tapi bermakna |
1. Melepas kepenatan Dalam keseharianya para
santri selalu memiliki aktifitas yang padat sehingga dituntut untuk
disiplin mengatur waktu. Nah dengan menggelar mayoran setelah acara
makan-makan selesai, santri bisa melepas kepenatan bersama
teman-temanya, tertawa, bercanda, bercerita tentang kejadian-kejadian
lucu di sekolah dan sebagainya.
2. Meningkatkan kesederhanaan ,
Mayoran yang di lakukan dengan memasak menu makan dan minum seadanya
mengajarkan santri akan pentingnya hidup dalam kesederhanaan. Makan
bareng ala pesantren tidak mengenal istilah potong tumpeng, kalaupun ada
paling-paling hanya memotong mendoan. Itulah kenapa kita tidak
pernah mendengar ada tawuran santri antar pondok pesantren.
3.
Mengajarkan betapa indah kebersamaan Mayoran merupakan pelengkap dari
kebersamaan yang ada di pondok pesantren, seperti ro'an bersama, belajar
bersama, tidur bersama dsb.
Dengan mayoran santri akan belajar untuk mencintai kerukunan dan kesederhanaan. Itulah kenapa kita tidak pernah mendengar ada tawuran santri antar pondok pesantren. Seiring perkembangan zaman, mayoran bukan lagi cuma milik komunitas santri. Namun kegiatan semacam ini diyakini berasal dari pondok pesantren, dengan bukti bahwa golongan pesantren, adalah golongan yang paling sering menggelar acara tersebut.
A.ajha
Video Khoul Al Habib Muhammad Sahli Tahun 2017
SUASANA MENJELANG HAUL PP HIDAYATUL MUBTADIIN GENUKSURAN PURWODADI 2017 BERSAMA KH. MARZUKI MUSTAMAR
01 MAULID SIMTHUDDUROR Group Hadroh Kanzus Sholawat bersama YIK FAQIH 1
02 MAULID SIMTHUDDUROR Group Hadroh Kanzus Sholawat bersama YIK FAQIH 1
03 MAULID SIMTHUDDUROR Group Hadroh Kanzus Sholawat bersama YIK FAQIH 1
04 MAULID SIMTHUDDUROR Group Hadroh Kanzus Sholawat bersama YIK FAQIH 1
PENGAJIAN KH. MARZUKI MUSTAMAR Dari Malang (HAUL M2PHM 2017) Part 1
PENGAJIAN KH. MARZUKI MUSTAMAR Dari Malang (HAUL M2PHM 2017) Part 2
Abah Yai Habib Ahmad Wan fadlil sahli foto bersama dengan KH. Marzuki Mustamar dari Malang |
Keluarga KH. Marzuki Mustamar foto bersama dengan Bu Nyai Umi Kalsum |
Label:
contact person,
digital printing,
Finger Print,
habib umar muthohar,
Hari Raya Idul Adha,
korban,
lirboyo,
m2phm,
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi,
psb,
santri menggungan
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi Kembangkan Beragam Unit Usaha
Menjadi santri di pondok pesantren sering dibayangkan hanya berkutat dengan ilmu agama dan kegiatan mengaji dari pagi hingga malam hari.
Namun di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Genuksuran Purwodadi, para santri tidak hanya diajari mengaji ataupun belajar ilmu agama, sebaliknya mereka dibina dengan kemampuan usaha kecil menengah. mulai ternak, pertanian bahkan sampai usaha digital printing.
Di Pesantren yang didirikan oleh Habib Ahmad Wan fadlil sahli Azmatkhon Al Husyaini ini, total ada sekitar kurang lebih 300 santri yang menimba ilmu. Terdiri atas 100 santriwati dan 200 santriwan. Ribuan santri itulah yang kemudian menggerakkan roda ekonomi pesantren dengan memanfaatkan koperasi pesantren yang didirikan bersamaan dengan berdirinya ponpes.
Dalam bidang usaha tersebut, pihak pondok mempercayakan pada santri dibantu warga sekitar. Dalam setiap bidang usaha yang dijalankan, selalu memberdayakan santri, alumni, maupun warga sekitar. Dan Keuntungan dari usaha tersebut digunakan untuk operasional Pondok dan Yayasan
Selain peternakan, bidang usaha pertanian juga dirambah oleh pihak pondok. diantaranya budidaya bawang merah, cabe, kacang hijau dan saat ini mengembangkan padi organik. Saat ini hasil panen dari pertanian dikonsumsi di internal pondok,dan dijual dilingkungan sekitar pondok.
Tidak cukup sampai disitu, pihak pondok juga memiliki PAMPP (Perusahaan Air Minum Pondok Pesantren) Makmur Jaya , dari situ semua santri memenuhi kebutuhan minum, masak, dan mandi,dll, tidak cuma santri, warga sekitar pondok juga memanfaatkan PAMPP dengan tarif murah, yaitu sebesar Rp. 3.000 M3.
Usaha lainnya yang sejak awal juga dirambah adalah koperasi pondok pesantren (kopontren). Selain simpan pinjam, di koperasi tersebut juga digerakkan unit usaha lainnya. Seperti toko yang menjual segala kebutuhan santri, percetakan, foto kopi dan ATK (alat tulis kantor), jual beli kitab sampai kantin pondok.
Saat ini pihak pondok juga mulai merambah bidang usaha lain yakni digital printing. Kebetulan sampai saat ini sudah memiliki mesin cetak indoor & outdoor sendiri. bahkan mulai bersaing dengan usaha digital printing lain di Kab. Grobogan yang lebih dulu berdirinya.
Segala unit usaha yang ada di dalam pondok juga memberdayakan santri . Yang intinya digunakan untuk kemajuan pondok pesantren. Prinsipnya dari santri kembali ke santri.
Galeri
Papan Nama Pon-Pes |
Santri Selalu Diajarkan untuk mengantri. |
Habib Ahmad Wan Fadlil & Habib Umar Muthohar |
Acara Lomba Akhirusanah |
Acara Lomba Akhirusanah |
Absensi Jama'ah berbasis Finger Print |
Acara Khithobah Malam Jum'at |
Acara Khithobah Malam Jum'at |
Foto Gedung Pon-Pes |
Foto Gedung Pon-Pes |
Haflah Akhirussanah |
Haflah Akhirussanah |
Santunan Yatim Piatu |
Jalan sehat |
Jalan sehat |
Koperasi Pondok |
Foto Gedung Pon-Pes |
Kegiatan Qurban |
Kegiatan Qurban |
Mesin cetak Outdoor |
Mesin cetak Indoor |
Mesin cetak Indoor |
Mesin fotocopy pondok |
PAM Makmur Jaya |
Langganan:
Postingan (Atom)