|
Abah Yai Habib Ahmad Wan fadlil sahli foto bersama dengan Habib Umar Muthohar dari Semarang
|
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu), Para ulama semakin langka, dan semakin banyaknya orang bodoh yang berambisi untuk menjadi ulama. Simak risalah ini selanjutnya.
Di
samping sebagai perantara antara diri-Nya dengan hamba-hamba-Nya,
dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga
menjadikan para ulama sebagai pewaris perbendaharaan ilmu agama.
Sehingga, ilmu syariat terus terpelihara kemurniannya sebagaimana
awalnya. Oleh karena itu, kematian salah seorang dari mereka
mengakibatkan terbukanya fitnah besar bagi muslimin.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya
yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ،
وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً
اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ
عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak
menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari
kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa
tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: Asy-Sya’bi berkata: “Tidak
akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan
kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua termasuk dari terbaliknya
gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua
urusan.”
Di dalam Shahih Al-Hakim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr secara marfu’ (riwayatnya sampai kepada Rasulullah): “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para ulama dan diangkatnya orang jahat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 60)
Meninggalnya
seorang yang alim akan menimbulkan bahaya bagi umat. Keadaan ini
menunjukkan keberadaan ulama di tengah kaum muslimin akan mendatangkan
rahmat dan barakah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengistilahkan mereka dalam sebuah
sabdanya:
مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ
“Sebagai kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk kejahatan.”
Kita
telah mengetahui bagaimana kedudukan mereka dalam kehidupan kaum
muslimin dan dalam perjalanan kaum muslimin menuju Rabb mereka. Semua
ini disebabkan mereka sebagai satu-satunya pewaris para nabi sedangkan
para nabi tidak mewariskan sesuatu melainkan ilmu.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Ilmu
merupakan warisan para nabi dan para nabi tidak mewariskan dirham dan
tidak pula dinar, akan tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu.
Barangsiapa yang mengambil warisan ilmu tersebut, sungguh dia telah
mengambil bagian yang banyak dari warisan para nabi tersebut. Dan engkau
sekarang berada pada kurun (abad, red) ke-15, jika engkau termasuk dari
ahli ilmu engkau telah mewarisi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan ini termasuk dari keutamaan-keutamaan yang paling besar.” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 16)
Dari sini kita ketahui bahwa para ulama itu adalah orang-orang pilihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ أَوْرَثْناَ الْكِتاَبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْناَ مِنْ عِباَدِناَ
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (Fathir: 32)
Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Kemudian
Kami menjadikan orang-orang yang menegakkan (mengamalkan) Al-Kitab
(Al-Quran) yang agung sebagai pembenar terhadap kitab-kitab yang
terdahulu yaitu orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami,
mereka adalah dari umat ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/577)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Ayat ini sebagai syahid (penguat) terhadap hadits yang berbunyi Al-’Ulama waratsatil anbiya (ulama adalah pewaris para nabi).” (Fathul Bari, 1/83)
|
Abah Yai Habib Ahmad Wan fadlil sahli foto bersama dengan KH. Marzuki Mustamar dari Malang
|
Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan: Maknanya adalah: “Kami
telah mewariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari
hamba-hamba Kami yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an). Dan Kami telah tentukan
dengan cara mewariskan kitab ini kepada para ulama dari umat engkau
wahai Muhammad yang telah Kami turunkan kepadamu… dan tidak ada keraguan
bahwa ulama umat ini adalah para shahabat dan orang-orang setelah
mereka. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan mereka atas
seluruh hamba dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka sebagai
umat di tengah-tengah agar mereka menjadi saksi atas sekalian manusia,
mereka mendapat kemuliaan demikian karena mereka umat nabi yang terbaik
dan sayyid bani Adam.” (Fathul Qadir, hal. 1418)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ
يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ
فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya
ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan
dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa
mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”
(Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no.
2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya
(1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimahnya dan
dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullah mengatakan: “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan
Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu
Majah no. 182, dan Shahih At-Targhib, 1/33/68)
Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali mengatakan: “Kebijaksanaan
Allah atas makhluk-Nya dan kekuasaan-Nya yang mutlak atas mereka. Maka
barang siapa yang mendapat hidayah maka itu wujud fadhilah (keutamaan)
dari Allah dan bentuk rahmat-Nya. Barangsiapa yang menjadi tersesat,
maka itu dengan keadilan Allah dan hikmah-Nya atas orang tersebut.
Sungguh para pengikut nabi dan rasul menyeru pula sebagaimana seruan
mereka. Mereka itulah para ulama dan orang-orang yang beramal shalih
pada setiap zaman dan tempat, sebab mereka adalah pewaris ilmu para nabi
dan orang-orang yang berpegang dengan sunnah-sunnah mereka. Sungguh
Allah telah menegakkan hujjah melalui mereka atas setiap umat dan suatu
kaum dan Allah merahmati dengan mereka suatu kaum dan umat. Mereka
pantas mendapatkan pujian yang baik dari generasi yang datang sesudah
mereka dan ucapan-ucapan yang penuh dengan kejujuran dan doa-doa yang
barakah atas perjuangan dan pengorbanan mereka. Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya atas mereka dan semoga mereka mendapatkan balasan yang lebih
dan derajat yang tinggi.” (Al-Manhaj Al-Qawim fi At-Taassi bi Ar-Rasul Al-Karim hal. 15)
Asy-Syaikh Shalih Fauzan mengatakan: “Kita
wajib memuliakan ulama muslimin karena mereka adalah pewaris para nabi,
maka meremehkan mereka termasuk meremehkan kedudukan dan warisan yang
mereka ambil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta
meremehkan ilmu yang mereka bawa. Barangsiapa terjatuh dalam perbuatan
ini tentu mereka akan lebih meremehkan kaum muslimin. Ulama adalah orang
yang wajib kita hormati karena kedudukan mereka di tengah-tengah umat
dan tugas yang mereka emban untuk kemaslahatan Islam dan muslimin. Kalau
mereka tidak mempercayai ulama, lalu kepada siapa mereka percaya. Kalau
kepercayaan telah menghilang dari ulama, lalu kepada siapa kaum
muslimin mengembalikan semua problem hidup mereka dan untuk menjelaskan
hukum-hukum syariat, maka di saat itulah akan terjadi kebimbangan dan
terjadinya huru-hara.” (Al-Ajwibah Al-Mufidah, hal. 140)